Langsung ke konten utama

Dampak Pandemi terhadap Peningkatan Prevalensi Triple Burden of Malnutrition dan Strategi Pencegahannya

 


 

Pandemi COVID-19 yang terjadi di berbagai negara termasuk di Indonesia memberikan dampak dibeberapa segi kehidupan, salah satu diantaranya potret gizi di Indonesia. Selama pandemi berlangsung terdapat beberapa kebijakan pemerintah  terkait dengan pembatasan mobilitas sosial mulai dari PSBB (Pembatasan Sosial Bersakala Besar) tahun 2020 hingga PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) ditahun 2021, tentunya pembatasan mobilitas berefek pada beberapa kegiatan pelayanan kesehatan di masyarakat seperti kegiatan POYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) baik balita atau lanjut usia, penyuluhan kesehatan ataupun kegiatan sosial lainnya. Berdasarkan survey Litbangkes (2020) kegiatan pelayanan kesehatan dan gizi di masa pandemi sebesar 43,51% tidak ada (tidak jalan), 37,23% berkurang, 18,7% tetap dan 0,56% meningkat selain itu persentase kunjungan PIS-PK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) sebesar 43,07% berkurang. Secara tidak langsung pembatasan sosial tersebut berefek pada meningkatnya permasalahan gizi di Indonesia yaitu Triple Burden of Malnutrition dimana meliputi undernutrition (Wasting dan Stunting),  defisiensi zat gizi mikro (salah satunya anemia akibat kekurangan zat besi), dan overnutrition (overweight dan obesitas). 

Strategi perbaikan gizi pada masa pandemi atau pasca pandemi menjadi anak panah yang diharapkan mampu menekan angka prevalensi permasalahan gizi di Indonesia. Networking  seperti kerjasama, pembagian peran, kesepahaman-kesepakatan, penggalian sumberdaya dari setiap lembaga, dan kordinasi secara periodic (Perencanaan, Intevensi, dan Monev (Monitoring dan Evaluasi) antar sektor perguruan tinggi (melalui Tri Dharma), pemerintah (meliputi regulasi/kebijakan anggaran, program, leading dllnya), lembaga swasta (melalui dana, advokasi, sasarn dll), dan CSO (Civil Society Organization) (meliputi advokasi, penguatan kelembagaan, dan peran aktif pada dalam lingkup kesehatan) menjadi akar penting dalam penyelesaian permasalahan gizi. Salah satu ranting yang juga penting dalam masa pandemi ini adalah pengembangan penggunaan media sosial sebagai ruang tanpa batas dalam memberikan edukasi. Kunjungan rumah pada keluarga beresiko dengan tetap menjalankan protokol kesehatan juga dapat mencegah atau menangani sejak dini permasalahan gizi yang ada. Kunjungan tersebut dapat meliputi konseling, pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan), Pemberian Tablet Tambah Darah/ Paket Gizi lainnya, pemantauan antropometri dan pemeriksaan kesehatan lainnya. 

Menuju lebih dalam pada penanganan triple burden of malnutrition dapat dimulai sejak dini dari target sasaran yang ada pada masa remaja, dimana sering terjadi masalah kekurangan zat gizi mikro, yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, dimana sebagian besar diakibatkan dari kekurangan zat besi (defisiens zat besi anemia) (KEMENKES, 2018). Anemia dapat berdampak pada imunitas, konsentrasi, prestasi dalam belajar, kebugaran dan produktivitas. Lebih khusus anemia yang terjadi pada remaja putri dapat berdampak krusial mengingat remaja putri merupakan calon ibu yang nantinya akan hamil dan melahirkan seorang bayi, tentu akan berhubungan dengan terjadinya permasalahan gizi selanjutnya seperti BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), bayi premature, bahkan risiko kematian ibu melahirkan. Hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan penanganan gizi sejak dini dengan beberapa program pelayanan kesehatan khususnya gizi seperti pemberian tablet tambah darah, pendekatan sosialisasi dan edukasi terkait dengan gizi seimbang remaja, anemia, ataupun secara berkala melakukan cek kesehatan dan pengukuran antropometri untuk memantau berat badan ideal.

Adapun permasalahan yang tak kalah penting dalam dunia remaja saat ini adalah  overweight dan obesitas dimana dapat berlanjut hingga pada masa dewasanya. Berdasarkan prevalensi obesitas, penduduk di Indonesia mengalami peningkatan pada usia >18 tahun dari 11,7% (2010) menjadi 15,4% (2013) dan 21,8% (2018). Obesitas ini mengalami kenaikan yang signifikan . Prevalensi di Jawa Tengah mendekati angka 21,8% yang merupakan proporsi rata-rata obesitas di Indonesia. Salah satu pemicu obesitas saat ini dapat dikaitkan dengan gaya hidup dan pola makan. Data hasil survey konsumsi makanan individu sebesar 40,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan yang berlemak, 53,1% mengonsumsi makanan manis, 93,5% kurang konsumsi sayur dan buah dan 26,1% memiliki aktivitas fisik yang kurang (SKMI, 2014). Obesitas perlu diwaspadai sedini mungkin karena jika terus berlanjut dapat mengakibatkan gangguan metabolisme tubuh yang akan menimbulkan beberapa penyakit seperti jantung, stroke, dan sebagainya. Untuk mencegah terjadinya obesitas dapat dilakukan pemahaman dan pengenalan sejak remaja dengan bekerjasama pada sektor pendidikan terkait dengan edukasi gizi seimbang, obesitas dan dampaknya, pemantauan Indeks Massa Tubuh melalui pengukuran antropometri, selain itu saat ini pengenalan aplikasi gizi berbasis digital menjadi penting dimana mampu membantu remaja ataupun masyarakat secara umum untuk dapat lebih mudah, efisien dan efektif terutama dalam mengetahui status gizi melalui perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh), menentukan kebutuhan energi per hari, mengetahui nilai gizi  pada makanan hingga food record, bahkan telah disediakan konsultasi secara online yang dilakukan oleh nutrisionist. 

Stunting, bagian yang tak terlepas dari triple burden of malnutrition. Faktanya 30,8% balita di Indonesia mengalami stunting dimana disebabkan oleh karena kekurangan gizi dalam waktu yang lama pada anak, sehingga mengakibatkan pertumbuhan anak (tubuh dan otak ) terganggu ditandai dengan tubuh anak yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya dan cenderung terlambat dalam berpikir. Untuk menekan angka stunting tersebut perlunya memahami faktor-faktor yang menyebabkan stunting. Kekurangan gizi dalam waktu yang lama tersebut dapat terjadi sejak janin dalam kandungan hingga 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dapat disebabkan oleh karena rendahnya akses dan asupan makanan bergizi dan berimbang, kurangnya vitamin dan mineral,  dan kurangnya keragaman pangan yang dikonsumsi dan sumber protein hewani. Stunting dapat diatasi sejak dini dari mulai kehamilan hingga 1000 HPK dengan melakukan edukasi dan konseling pada ibu hamil terkait ANC (Anteral Care) minimal 4 kali, Gizi Seimbang pada Ibu Hamil, Tablet Tambah Darah (TTD), Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan program pemasangan stiker. Koordinasi lintas program dan sektoral juga berperan dalam melakukan intervensi gizi spesifik seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Suplementasi Gizi, ANC, perlindungan penyakit infeksi pada ibu hamil dan sebagainya. Untuk anak balita yang terdekteksi mengalami kekurangan gizi akan diberikan intervensi melalui Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P), suplementasi gizi  dan pelayanan kesehatan melalui tatalaksana gizi buruk . Sedangkan dengan intervensi gizi sensitif dapat dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan air bersih dan sanitasi, kualitas pelayanan gizi, peningkatan kesadaran dan komitmen pola asuh gizi ibu dan anak serta peningkatan akses pangan dan gizi. Stategi penanganan permasalahan gizi di Indonesia  sudah digencarkan baik secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, oleh karena itu perlunya dukungan dari masyarakat untuk dapat membantu melaksanakan pedoman terkait dengan gizi seimbang dan kesehatan mandiri seperti menerapkan Pedoman Umum Gizi Seimbang  yang mengandung empat pilar gizi seimbang serta mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), yakni tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Terima kasih sudah membaca ^^

Semoga bermanfaat.

 (Al/SMG)

Pustaka :

Atmarita, Jahari Abas B., Sudikno, dan Soekarti M. 2016. Asupan Gula, Garam, dan Lemak di Indonesia : Analisis Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014. Journal of the Indonesian Nutrition Association : 39 (1) : 1-14.  

Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi Undip. 2020. Triple Burden Malnutrition. (https://gizi.fk.undip.ac.id/2020/06/triple-burden-malnutrition.html). Diakses November 2021.

KEMENKES RI. 2018. Masalah Gizi yang Ancam Remaja Indonesia. (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180515/4025903/kenali-masalah-gizi-ancam-remaja-indonesia/). Diakses November 2021.

KEMENKES RI. 2018. Penyebab Stunting pada Anak. (https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180524/4125980/penyebab-stunting-anak/) Diakses November 2021.

Materi 1 Webinar Nasional IODINE (ISSUE ON DIETARY AND NUTRITION CARE) oleh Ibu Ir. Purwanti Susantini M.Kes

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HASTAG DARI IBU JARI (#)

#Opini Bimillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Semangat Pagi ! Salam Mahasiswa ! Teman-teman, media sosial merupakan wajah dari hak setiap individu untuk dapat berpendapat, berekspresi, berbagi setingkat tangga dunia. Sesederhana satu kata, satu bait, atau hanya sekedar satu tagar sungguh tak asing lagi jika kata yang terketik pada mesin ketik sederhana itu bisa dengan mudah langsung mewarnai kota sosial media, membuka pikiran seluruh dunia untuk dapat secara sepihak sepakat sependapat dalam satu peryataan yang seharusnya kita pertanyakan terlebih dahulu hakikatnya, tentu hal tersebut sebagai filter terhadap diri kita untuk dapat dengan sebaik mungkin mencerna tuntas informasi yang ada sebelum pada akhirnya menerima dan merepostnya . Ya..itulah fakta hebat dari dunia soaial media. Kita pun perlu berhati-hati dalam mengunggugah jangan sampai menimbulkan perpecahan, Teman..taukah? salah satu dari seorang aktivis dari kalangan fenimisme Yasmine ...

Review Jurnal "Hubungan Ketidakmerataan Pendapatan dengan Konsumsi Gizi”

Review Jurnal   “Tingkat Pendapatan, Kecukupan Energi dan Hidden Hunger dengan Status Gizi Balita”              Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya (Harjatmo dkk, 2017). Ada tiga indeks yang dapat menggambarkan status gizi balita yaitu indeks berat badan menurut umur (BB/U) menggambarkan kondisi underweight , tinggi badan menurut umur (TB/U) menggambarkan kondisi stunting, dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) menggambarkan kondisi wasting . Berdasarkan hasil pemantauan status gizi tahun 2016, persentase balita di Provinsi Bengkulu berdasarkan indeks BB/U 8,4%, indeks TB/U 22,9% dan indeks BB/TB 12,4% (Kemenkes RI,2017).